KETIKA SAYYIDINA ALI TERLAMBAT SHOLAT SHUBUH BERJAMA'AH
- Oleh: Mochamad Bugi -
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim
... Dini hari itu Ali bin ABi Thalib bergegas bangun untuk mengerjakan shalat
Subuh berjamaah di masjid bersama Rasulullah. Rasulullah tentulah sudah berada
di sana.
Rasanya,
hampir tidak pernah Rasulullah keduluan orang lain dalam berbuat kebaikan.
Tidak ada yang istimewa karena memang itulah aktivitas yang sempurna untuk
memulai hari, dan bertahun-tahun lamanya Ali bin Abi Thalib sudah sangat
terbiasa.
Langit
masih gelap, cuaca masihlah dingin, dan jalanan masih pula diselimuti kabut
pagi yang turun bersama embun. Ali melangkahkan kakinya menuju masjid. Dari
kejauhan, lamat-lamat sudah terdengar suara Bilal memanggil-manggil dengan
adzannya yang berkumandang merdu ke segenap penjuru Kota Madinah.
Namun
belumlah begitu banyak melangkah, di jalan menuju masjid, di hadapannya ada
sesosok orang. Ali mengenalinya sebagai seorang kakek tua yang beragama Yahudi.
Kakek tua itu melangkahkan kakinya teramat pelan sekali. Itu mungkin karena
usianya yang telah lanjut. Tampak sekali ia sangat berhati-hati menyusuri
jalan.
Ali
sebenarnya sangat tergesa-gesa. Ia tidak ingin tertinggal mengerjakan shalat
tahyatul masjid dan qabliyah Subuh sebelum melaksanakan shalat Subuh berjamaah bersama
Rasulullah dan para sahabat lainnya.
Ali
paham benar bahwa Rasulullah mengajarkan supaya setiap umat muslim menghormati
orang tua. Siapapun itu dan apapun agamanya. Maka, Ali pun terpaksa berjalan di
belakang kakek itu.
Tapi
apa daya, si kakek berjalan amat lamban, dan karena itu pulalah langkah Ali
jadi melambat. Kakek itu lemah sekali, dan Ali tidak sampai hati untuk
mendahuluinya. Ia khawatir kalau-kalau kakek Yahudi itu terjatuh atau kena
celaka.
Setelah
sekian lamanya berjalan, akhirnya waktu mendekati masjid, langit sudah mulai
terang. Kakek itu melanjutkan perjalanannya, melewati masjid.
Ketika
memasuki masjid, Ali menyangka shalat Subuh berjamaah sudah usai. Ia bergegas.
Ali terkejut sekaligus gembira, Rasulullah dan para sahabat masih rukuk pada
rakaat yang kedua. Berarti Ali masih punya kesempatan untuk memperoleh shalat
berjamaah. Jika masih bisa menjalankan rukuk bersama, berarti ia masih mendapat
satu rakaat shalat berjamaah.
Sesudah
Rasulullah mengakhiri shalatnya dengan salam, Umar bin Khattab memberanikan
diri untuk bertanya. “Wahai Rasulullah, mengapa hari ini shalat Subuhmu tidak
seperti biasanya? Ada apakah gerangan?”
Rasulullah
balik bertanya, “Kenapakah, ya Umar? Apa yang berbeda?”
“Kurasa
sangat lain, ya Rasulullah. Biasanya engaku rukuk dalam rakaat yang kedua tidak
sepanjang pagi ini. Tapi tadi itu engkau rukuk lama sekali. Kenapa?”
Rasulullah
menjawab, “Aku juga tidak tahu. Hanya tadi, pada saat aku sedang rukuk dalam
rakaat yang kedua, Malaikat Jibril tiba-tiba saja turun lalu menekan punggungku
sehingga aku tidak dapat bangun iktidal. Dan itu berlangsung lama, seperti yang
kau ketahui juga.”
Umar
makin heran. “Mengapa Jibril berbuat seperti itu, ya Rasulullah?”
Nabi
berkata, “Aku juga belum tahu. Jibril belum menceritakannya kepadaku.”
Dengan
perkenaan Allah, beberapa waktu kemudian Malaikat Jibril pun turun. Ia berkata
kepada Nabi saw., “Muhammad, aku tadi diperintahkan oleh Allah untuk menekan
punggungmu dalam rakaat yang kedua.
Sengaja
agar Ali mendapatkan kesempatan shalat berjamaah denganmu, karena Allah sangat
suka kepadanya bahwa ia telah menjalani ajaran agamaNya secara bertanggung
jawab.
Ali
menghormati seorang kakek tua Yahudi. Dari pegnhormatannya itu sampai ia
terpaksa berjalan pelan sekali karena kakek itupun berjalan pelan pula. Jika
punggungmu tidak kutekan tadi, pasti Ali akan terlambat dan tidak akan
memperoleh peluang untuk mengerjakan shalat Subuh berjamaah denganmu hari ini.”
Mendengar
penjelasan Jibril itu, mengertilah kini Rasulullah. Beliau sangat menyukai
perbuatan Ali karena apa yang dilakukannya itu tentunya menunjukkan betapa
tinggi penghormatan umat Islam kepada orang lain.
Satu
hal lagi, Ali tidak pernah ingin bersengaja terlambat atau meninggalkan amalan
shalat berjamaah. Rasulullah menjelaskan kabar itu kepada para sahabat.