Bagaimana pun baiknya kita berlaku baik, memang akan ada orang yang merasa bahwa kita tidak cukup baik baginya

Senin, 21 April 2014

Pengembangan Kecakapan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengembangan Kecakapan
Kecakapan dalam mengajar atau presentasi adalah keterampilan yang dimiliki dengan mensinergiskan fungsi panca indera dan otak kiri sebagai bagian dari kecakapan akademis. Seseorang dikatakan memiliki kecakapan mengajar atau presentasi bila ia mampu tampil menarik, menyampaikan pengetahuan secara efektif dan meninggalkan kesan mendalam bagi peserta didik. Setiap kali kita mengajar atau melakukan presentasi sesungguhnya kita sedang melakukan kegiatan komunikasi. Setiap kali kita berkomunikasi sesungguhnya kita sedang melakukan transaksi, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap sesuatu/orang lain yang menjadi sasaran dari komunikasi tersebut.
B. Strategi Mengembangkan Kecakapan
Gegne dalam Winkel, (1996:369) menyatakan bahwa fase dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
1.    Fase Motivasi
Siswa sadar akan tujuan yang harus dicapai dan bersedia melibatkan diri. Hal ini sangat berperan, karena siswa harus berusaha memeras otaknya sendiri. Karena jika kadar motivasinya lemah, siswa akan cendrung membiarkan permasalahan yang diajukan. Peran guru dalam hal ini adalah menimbulkan motivasi belajar siswa dan menyadarkan siswa akan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
2.    Fase Menaruh Perhatian (attention, alartness)
Siswa memperhatikan unsur-unsur yang releven sehingga terbentuk pola-pola perseptual tertentu. Siswa secara khusus memperhatikan hal yang akan dipelajari, sehingga konsentrasi terjamin.  

3.    Fase Pengolahan
Siswa memahami informasi dalam short them memory atau memori jangka pendek dan mengolah informasi untuk diambil maknanya. Dalam hal ini siswa harus menggali ingatan siasat-siasat yang pernah digunakannya, mana yang cocok untuk problem ini. Kalau tidak tersedia siasat dalam ingatan, siswa harus menciptakan siasat baru dan ini membutuhkan pikiran kreatif, paling tidak pikiran terarah.
4.    Fase Umpan Balik ( feedback, reinforcement)
Siswa mendapatkan konfirmasi, sejauh prestasinya tepat. Siswa mendapat konfirmasi tentang tepat tidaknya penyelesaian yang ditemukannya, komunikasi ini dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi siswa untuk berusaha memeras otak lagi pada lain kesempatan.
Fase-fase tersebut dapat diaplikasikan pada kegiatan-kegiatan dengan kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Gagne, ( 1988) dalam bukunya essential of learning for instruction mengemukakan penyempurnaan rangkaian fase dalam proses belajar siswa yang tersebut diatas, yaitu :
a.    Perhatian (attention, alertness), siswa khusus memperhatikan hal yang akan dipelajari.
b.    Menyadari tujuan belajar (motivation, expectancy), siswa sadar akan tujuan intruksional dan bersedia melibatkan diri.
c.    Menggali ( retrieval to working memory), siswa mengingat kembali dari ingatan jangka panjang apa yang sudah diketahui/dipahami/dikuasi tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari.
d.   Berprestasi selektif ( selective perception ), siswa mengamti unsur-unsur dalam perangsang yang releven bagi pokok bahasan.
e.    Mengolah informasi ( encoding, entry to storage), siswa memberikan makna pada pola perceptual dengan membuat informasi sungguh berarti, antara lain dengan menghubungkannya dengan informasi lama yang sudah digali dari ingatan jangka panjang.
f.     Menggali informasi ( responding to question or task), siswa membuktikan melalui suatu perestasi kepada guru dan diri sendiri bahwa pokok bahasan telah dikuasai.
g.    Mendapatkan umpan balik ( feed back, reinfoncement), siswa mendapat pengetahuan melalui guru kalau prestasinya tepat, mendapat koreksi kalau prestasinya salah.
h.    Memantapkan hasil belajar ( frequent retrieval transfer), siswa mengerjakan berbagai tugas untuk mengakarkan hasil belajar. Siswa mengadakan transfer belajar, siswa mengulang-ngulang kembali.
C. Pandangan Tentang Pembelajaran
Dalam menerapkan strategi pembelajaran maka seorang guru harus memiliki pandangan umum tentang pembelajaran agar dalam menyusun sebuah perencanaan pembelajaran dapat mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan dalam sebuah pembelajaran.
Secara prinsip, kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi yang diharapkan.
Lebih lanjut, strategi pembelajaran harus diarahkan untuk memfasilitasi pencapaian kompetensi yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum agar setiap individu mampu menjadi pebelajar mandiri sepanjang hayat. dan yang pada gilirannya mereka menjadi komponen penting untuk mewujudkan masyarakat belajar. Kualitas lain yang dikembangkan kurikulum dan harus terealisasikan dalam proses pembelajaran antara lain kreativitas, kemandirian, kerja sama, solidaritas, kepemimpinan, empati,
toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.
Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: (1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
Di dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan jaman tempat dan waktu ia hidup. Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.
Guru memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan mengembangkan suasana belajar yang memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan, menerapkan ide-ide mereka sendiri, menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru mengembangkan kesempatan belajar kepada peserta didik untuk meniti anak tangga yang membawa peserta didik kepemahaman yang lebih tinggi, yang semula dilakukan dengan bantuan guru tetapi semakin lama semakin mandiri. Bagi peserta didik, pembelajaran harus bergeser dari “diberi tahu” menjadi “aktif mencari tahu”.
D. Pengembangan Sikap
Afektif, yakni pembinaan sikap mental yang mantap dan matang sebagai penjabaran dari sikap amanah. Indicator dari seseorang yang mempunyai kecerdasan rohaniyah adalah sikapnya yang selalu ingin menampilkan sikap yang ingin dipercaya, menghormati dan dihormati.
Bersikap merupakan wujud keberanian untuk memilih secra sadar. Setelah itu ada kemungkinan untuk ditindaklanjuti dengan mempertahankan pilihan lewat argumentasi yang bertanggung jawab, kukuh dan bernalar. ( Hernowo : 2003). Mengajarkan sikap lebih pada soal memberikan teladan, bukan pada tataran teoritis. Memang untuk mengajar anak bersikap seorang gur perlu memberikan pengetahuan sebagai landasan. Tetapi proses pemberian pengetahuan ini harus ditindaklanjuti dengan contoh.
Terdapat proses yang terjadi pada seseorang untuk memunculkan sikap yang positif maupun negative, di antaranya :
a.    Proses pengkondisian
Dalam proses belajar mengajar disekolah siswa dapat memperoleh sikap-sikap positif maupun negatif, meskipun siswa dan guru tidak menyadarinya. Suasana sekolah yang kondusif, proses pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan, pencitraan yang baik terhadap mata pelajaran melahirkan perasaan senag siswa terhadap guru dan bahkan perasaan senag tersebut dapat dipindahkan ke mata pelajaran yang dipegang oleh guru tersebut. Bahkan juga bisa sebaliknya. Secara kongkrit proses pengkondisian stas sikap siswa disekolah dapat dimanipulasi juga oleh guru misalnya, bila siswa memperoleh prestasi, ia mungkin diperbolehkan untuk melakukan sesuatu yang lain yang disukainya, atau memberikan hadiah berupa buku dan sebagainya, atau pujian dengan bahasa yang tepat dan sopan.
b.    Belajar dari model
Pertunjukan tingkah laku tertentu yang dimunculkan oleh seorang yang dihormati, dan dikagumi, dan dipercayai oleh anak, senantiasa akan mempengaruhi sikap dan perilakunya. Anak yang menyaksikan tingkah laku tersebut akan cendrung
menirunya dan berbuat yang sama. Anak semakin cendrung untuk berbuat yang sama, manakala model tersebut sekaligus mendapatkan umpan balik dari orang ketiga yang memuji tindakkan itu. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diperkirakan peranan dan wujud beberapa fase dalam pembelajaran sikap atau tekanan yang harus diberikan pada hal-hal tertentu, yaitu pemotivasian, pengkosentrasian, dan pengolahan.
F. Pengembangan Psikomotorik
Psikomotorik adalah berhubungan atau mengarah kepada akibat-akibat motor dari proses mental (kerja otak). Motor adalah gerak dari dorongan dalam (internal) yang diarahkan kepada beberapa maksud lahiriah (external) dengan ujud ketrampilan rendah Perkembangan keterampilan motorik (motor skill) ini merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang untuk mampu melakukan suatu rangkaian gerakan jasmaniah dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak berbagai anggota badan secara terpadu
Ciri khas dari keterampilan motorik adalah otomatisme, yaiturangkaian gerak-gerik yang berlangsung secara teratur dan berjalan lancar tanpa dibutuhkan banyak refleksi atau berfikir terhadap apa yang harusdilakukan dan mengapa harus mengikuti suatu gerakan. Perkembangan psikomotorik adalah perkembangan kepribadian manusia yang berhubungan dengan gerakan jasmaniah dan fungsi otot akibat adanya dorongan dari pemikiran, perasaan dan kemauan dari dalam diri seseorang. Dengan peningkatan kemampuan motorik, seseorang akan mampu menerima pengajaran sesuai dengan batasan jenjang pendidikanya.

Faktor yang Mempengaruhi Fsikomotorik Anak
a.                   Faktor pola asuh orang tua
b.                  Gen Dari Orang Tua
c.                   Pengaruh Lingkungan
d.                  Interior Ruang Belajar Mempengaruhi Peningkatan Potensi Psikomotorik Anak
Tahapan-tahapan pengembangan peserta didik :
a.       Tahap Kognitif
Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan gerakan yang kaku dan lambat.
b.      Tahap Asosiatif
Pada tahap ini seorang anak ataupun siswa membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk memikirkan tentang gerakanya, dia mulai dapat mengasosiasikan gerakan yang sedang dipelajarinya dengan gerakan yang sudah dikenal.
c.       Tahap otonomi
Pada tahap ini seorang siswa telah mencapai tingkat otonomi yang tinggi, proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun dia masih dapat memperbaiki gerakan garakan yang dipelajarinya.
Teknik mengembangkan potensi psikomotorik pada peserta didik,diantaranya:
1.      Model Permainan Atau Out Bond
2.      Model Meniru
3.      Model Kelompok Belajar dan Bermain
Perkembangan psikomotorik adalah perkembangan kepribadian manusia yang berhubungan dengan gerakan jasmaniah dan fungsi otot akibat adanya dorongan dari pemikiran, perasaan dan kemauan dari dalam diri seseorang. Perkembangan psikomotorik setiap individu berbeda tergantung dari kemampuanya dalam menghadapi segala gangguan yang menghambat aktifitas motoriknya. Psikomotorik berkembang secara bertahap,mulai dari awal individu dilahirkan sampai meninggal dunia.




BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan  
Pengembangan kecakapan hidup didasarkan atas pokok-pokok pikiran bahwa hasil proses pembelajaran selain berupa penguasaan siswa terhadap kompetensi, kemampuan dasar, dan materi pembelajaran tertentu, juga berupa kecakapan lain yang secara khusus diperoleh melalui pengalaman belajar. Hasil yang positif atau bermanfaat ini disebut juga nurturant effects. Sebagai contoh, dalam mempelajari topik “demokrasi”, selain menguasai konsep dan proses demokrasi, pada diri siswa juga dihasilkan sikap komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi dan menjadi warganegara yang aktif berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat. Sehubungan dengan itu, dalam mengembangkan  pembelajaran perlu dipilih alternatif pengamalan belajar yang semaksimal mungkin membantu siswa memiliki kecakapan hidup yang relevan dengan kebutuhan siswa untuk mempertahankan, dan mengembangkan hidup yang diperoleh melalui pengalaman belajar diharapkan siswa baik sebagai individu, maupun sebagai warga masyarakat dapat memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari oleh peserta didik tersebut.
Ada beberapa manfaat dari kecakapan,yaitu kecakapan personal yang diperoleh siswa dapat menumbuhkan motivasi, rasa percaya diri dan kemandirian, kecakapan akedemis yang diperoleh siswa dapat membantu siswa dalam memecahkan masaalh yang dihadapinya dalam pembelajaran matematika. kecakapan social yang diperoleh siswa dapat membantu dalam mengadakan hubungan social antara siswa terhadap tugas yang diberikan kepada siswa, kecakapan vocasional yang diperoleh penting bagi siswa dalam memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam proses belajar.




DAFTAR PUSTAKA

http://biosatudeumm.blogspot.com
Abdul Majid. Perencanaan Pembelajaran,Bandung: Rosda, 2007.
Abu Ahmadi, Drs., dan Nur Uhbiyati, Drs., Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001.
http://google.com

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar