BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pengembangan Kecakapan
Kecakapan dalam mengajar atau presentasi adalah keterampilan yang
dimiliki dengan mensinergiskan fungsi panca indera dan otak kiri sebagai bagian
dari kecakapan akademis. Seseorang dikatakan memiliki
kecakapan mengajar atau presentasi bila ia mampu tampil menarik, menyampaikan
pengetahuan secara efektif dan meninggalkan kesan mendalam bagi peserta didik.
Setiap kali kita mengajar atau melakukan presentasi sesungguhnya kita
sedang melakukan kegiatan komunikasi. Setiap kali kita berkomunikasi
sesungguhnya kita sedang melakukan transaksi, baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap sesuatu/orang lain yang menjadi sasaran dari komunikasi tersebut.
B. Strategi
Mengembangkan Kecakapan
Gegne dalam Winkel, (1996:369) menyatakan bahwa fase dalam kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut.
1.
Fase Motivasi
Siswa sadar akan tujuan yang harus dicapai dan bersedia melibatkan diri.
Hal ini sangat berperan, karena siswa harus berusaha memeras otaknya sendiri.
Karena jika kadar motivasinya lemah, siswa akan cendrung membiarkan
permasalahan yang diajukan. Peran guru dalam hal ini adalah menimbulkan
motivasi belajar siswa dan menyadarkan siswa akan tujuan pembelajaran yang
harus dicapai.
2.
Fase Menaruh Perhatian (attention, alartness)
Siswa memperhatikan unsur-unsur yang releven sehingga terbentuk
pola-pola perseptual tertentu. Siswa secara khusus memperhatikan hal yang akan
dipelajari, sehingga konsentrasi terjamin.
3.
Fase Pengolahan
Siswa memahami informasi dalam short them memory atau memori
jangka pendek dan mengolah informasi untuk diambil maknanya. Dalam hal ini
siswa harus menggali ingatan siasat-siasat yang pernah digunakannya, mana yang
cocok untuk problem ini. Kalau tidak tersedia siasat dalam ingatan, siswa harus
menciptakan siasat baru dan ini membutuhkan pikiran kreatif, paling tidak
pikiran terarah.
4.
Fase Umpan Balik ( feedback, reinforcement)
Siswa mendapatkan konfirmasi, sejauh prestasinya tepat. Siswa mendapat
konfirmasi tentang tepat tidaknya penyelesaian yang ditemukannya, komunikasi
ini dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi siswa untuk berusaha memeras
otak lagi pada lain kesempatan.
Fase-fase
tersebut dapat diaplikasikan pada kegiatan-kegiatan dengan kemampuan kognitif,
afektif, maupun psikomotor. Gagne, ( 1988) dalam bukunya essential of
learning for instruction mengemukakan penyempurnaan rangkaian fase
dalam proses belajar siswa yang tersebut diatas, yaitu :
a.
Perhatian (attention, alertness), siswa khusus memperhatikan hal yang akan
dipelajari.
b.
Menyadari tujuan belajar (motivation, expectancy), siswa sadar akan tujuan
intruksional dan bersedia melibatkan diri.
c.
Menggali ( retrieval to working memory), siswa mengingat kembali dari ingatan
jangka panjang apa yang sudah diketahui/dipahami/dikuasi tentang pokok bahasan
yang sedang dipelajari.
d.
Berprestasi selektif ( selective perception ), siswa mengamti unsur-unsur dalam
perangsang yang releven bagi pokok bahasan.
e.
Mengolah informasi ( encoding, entry to storage), siswa memberikan makna pada
pola perceptual dengan membuat informasi sungguh berarti, antara lain dengan
menghubungkannya dengan informasi lama yang sudah digali dari ingatan jangka
panjang.
f.
Menggali informasi ( responding to question or task), siswa membuktikan melalui
suatu perestasi kepada guru dan diri sendiri bahwa pokok bahasan telah
dikuasai.
g.
Mendapatkan umpan balik ( feed back, reinfoncement), siswa mendapat pengetahuan
melalui guru kalau prestasinya tepat, mendapat koreksi kalau prestasinya salah.
h.
Memantapkan hasil belajar ( frequent retrieval transfer), siswa mengerjakan
berbagai tugas untuk mengakarkan hasil belajar. Siswa mengadakan transfer
belajar, siswa mengulang-ngulang kembali.
C.
Pandangan Tentang Pembelajaran
Dalam menerapkan strategi pembelajaran maka seorang guru harus memiliki
pandangan umum tentang pembelajaran agar dalam menyusun sebuah perencanaan
pembelajaran dapat mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan dalam sebuah
pembelajaran.
Secara prinsip, kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka
menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat,
berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh
karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi
peserta didik menjadi kompetensi yang diharapkan.
Lebih lanjut, strategi pembelajaran harus diarahkan untuk memfasilitasi
pencapaian kompetensi yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum agar setiap
individu mampu menjadi pebelajar mandiri sepanjang hayat. dan yang pada
gilirannya mereka menjadi komponen penting untuk mewujudkan masyarakat belajar.
Kualitas lain yang dikembangkan kurikulum dan harus terealisasikan dalam proses
pembelajaran antara lain kreativitas, kemandirian, kerja sama, solidaritas,
kepemimpinan, empati,
toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta
meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.
Untuk mencapai
kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran
perlu menggunakan prinsip yang: (1) berpusat pada peserta didik, (2)
mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan
dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika,
dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai
strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif,
efisien, dan bermakna.
Di dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk menemukan sendiri
dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang
sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau
kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan jaman tempat dan waktu ia hidup.
Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek
yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi,
dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan
kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan
dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan
pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah,
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan
ide-idenya.
Guru memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan mengembangkan suasana
belajar yang memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan, menerapkan
ide-ide mereka sendiri, menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi
mereka sendiri untuk belajar. Guru mengembangkan kesempatan belajar kepada
peserta didik untuk meniti anak tangga yang membawa peserta didik kepemahaman
yang lebih tinggi, yang semula dilakukan dengan bantuan guru tetapi semakin
lama semakin mandiri. Bagi peserta didik, pembelajaran harus bergeser dari
“diberi tahu” menjadi “aktif mencari tahu”.
D.
Pengembangan Sikap
Afektif, yakni pembinaan sikap mental yang mantap dan matang sebagai
penjabaran dari sikap amanah. Indicator dari seseorang yang mempunyai
kecerdasan rohaniyah adalah sikapnya yang selalu ingin menampilkan sikap yang
ingin dipercaya, menghormati dan dihormati.
Bersikap merupakan wujud keberanian untuk memilih secra sadar. Setelah
itu ada kemungkinan untuk ditindaklanjuti dengan mempertahankan pilihan lewat
argumentasi yang bertanggung jawab, kukuh dan bernalar. ( Hernowo : 2003). Mengajarkan sikap lebih pada soal memberikan teladan, bukan pada tataran
teoritis. Memang untuk mengajar anak bersikap seorang gur perlu memberikan
pengetahuan sebagai landasan. Tetapi proses pemberian pengetahuan ini harus
ditindaklanjuti dengan contoh.
Terdapat proses
yang terjadi pada seseorang untuk memunculkan sikap yang positif maupun
negative, di antaranya :
a.
Proses pengkondisian
Dalam proses
belajar mengajar disekolah siswa dapat memperoleh sikap-sikap positif maupun
negatif, meskipun siswa dan guru tidak menyadarinya. Suasana sekolah yang
kondusif, proses pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan, pencitraan yang
baik terhadap mata pelajaran melahirkan perasaan senag siswa terhadap guru dan
bahkan perasaan senag tersebut dapat dipindahkan ke mata pelajaran yang
dipegang oleh guru tersebut. Bahkan juga bisa sebaliknya. Secara kongkrit proses
pengkondisian stas sikap siswa disekolah dapat dimanipulasi juga oleh guru
misalnya, bila siswa memperoleh prestasi, ia mungkin diperbolehkan untuk
melakukan sesuatu yang lain yang disukainya, atau memberikan hadiah berupa buku
dan sebagainya, atau pujian dengan bahasa yang tepat dan sopan.
b.
Belajar dari model
Pertunjukan tingkah laku tertentu yang dimunculkan oleh seorang yang
dihormati, dan dikagumi, dan dipercayai oleh anak, senantiasa akan mempengaruhi
sikap dan perilakunya. Anak yang menyaksikan tingkah laku tersebut akan
cendrung
menirunya dan berbuat yang sama. Anak semakin cendrung untuk berbuat
yang sama, manakala model tersebut sekaligus mendapatkan umpan balik dari orang
ketiga yang memuji tindakkan itu. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat
diperkirakan peranan dan wujud beberapa fase dalam pembelajaran sikap atau
tekanan yang harus diberikan pada hal-hal tertentu, yaitu pemotivasian,
pengkosentrasian, dan pengolahan.
F.
Pengembangan Psikomotorik
Psikomotorik
adalah berhubungan atau mengarah kepada akibat-akibat motor dari proses mental
(kerja otak). Motor adalah gerak dari dorongan dalam (internal) yang diarahkan
kepada beberapa maksud lahiriah (external) dengan ujud ketrampilan rendah
Perkembangan keterampilan motorik (motor skill) ini merupakan keterampilan yang
dimiliki seseorang untuk mampu melakukan suatu rangkaian gerakan jasmaniah
dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak berbagai
anggota badan secara terpadu
Ciri khas dari
keterampilan motorik adalah otomatisme, yaiturangkaian gerak-gerik yang
berlangsung secara teratur dan berjalan lancar tanpa dibutuhkan banyak refleksi
atau berfikir terhadap apa yang harusdilakukan dan mengapa harus mengikuti
suatu gerakan. Perkembangan psikomotorik adalah perkembangan kepribadian
manusia yang berhubungan dengan gerakan jasmaniah dan fungsi otot akibat adanya
dorongan dari pemikiran, perasaan dan kemauan dari dalam diri
seseorang. Dengan peningkatan kemampuan motorik, seseorang akan mampu
menerima pengajaran sesuai dengan batasan jenjang pendidikanya.
Faktor yang
Mempengaruhi Fsikomotorik Anak
a. Faktor
pola asuh orang tua
b. Gen
Dari Orang Tua
c. Pengaruh
Lingkungan
d. Interior
Ruang Belajar Mempengaruhi Peningkatan Potensi Psikomotorik Anak
Tahapan-tahapan
pengembangan peserta didik :
a. Tahap
Kognitif
Tahap ini ditandai
dengan adanya gerakan gerakan yang kaku dan lambat.
b. Tahap
Asosiatif
Pada tahap ini seorang
anak ataupun siswa membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk memikirkan tentang
gerakanya, dia mulai dapat mengasosiasikan gerakan yang sedang dipelajarinya
dengan gerakan yang sudah dikenal.
c. Tahap
otonomi
Pada tahap ini seorang
siswa telah mencapai tingkat otonomi yang tinggi, proses belajarnya sudah
hampir lengkap meskipun dia masih dapat memperbaiki gerakan garakan yang
dipelajarinya.
Teknik mengembangkan
potensi psikomotorik pada peserta didik,diantaranya:
1. Model
Permainan Atau Out Bond
2. Model
Meniru
3. Model
Kelompok Belajar dan Bermain
Perkembangan
psikomotorik adalah perkembangan kepribadian manusia yang berhubungan dengan
gerakan jasmaniah dan fungsi otot akibat adanya dorongan dari pemikiran, perasaan
dan kemauan dari dalam diri seseorang. Perkembangan psikomotorik setiap
individu berbeda tergantung dari kemampuanya dalam menghadapi segala gangguan
yang menghambat aktifitas motoriknya. Psikomotorik berkembang secara
bertahap,mulai dari awal individu dilahirkan sampai meninggal dunia.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengembangan kecakapan hidup didasarkan atas pokok-pokok pikiran bahwa
hasil proses pembelajaran selain berupa penguasaan siswa terhadap kompetensi,
kemampuan dasar, dan materi pembelajaran tertentu, juga berupa kecakapan lain
yang secara khusus diperoleh melalui pengalaman
belajar. Hasil yang positif atau bermanfaat ini disebut juga nurturant
effects. Sebagai contoh, dalam mempelajari topik “demokrasi”, selain
menguasai konsep dan proses demokrasi, pada diri siswa juga dihasilkan sikap
komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi dan menjadi warganegara yang aktif berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat. Sehubungan dengan itu, dalam mengembangkan pembelajaran perlu
dipilih alternatif pengamalan belajar yang semaksimal mungkin membantu siswa
memiliki kecakapan hidup yang relevan dengan kebutuhan siswa untuk
mempertahankan, dan mengembangkan hidup yang diperoleh melalui pengalaman
belajar diharapkan siswa baik sebagai individu, maupun sebagai warga masyarakat
dapat memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari oleh peserta didik tersebut.
Ada beberapa manfaat dari kecakapan,yaitu kecakapan personal yang
diperoleh siswa dapat menumbuhkan motivasi, rasa percaya diri dan kemandirian,
kecakapan akedemis yang diperoleh siswa dapat membantu siswa dalam memecahkan
masaalh yang dihadapinya dalam pembelajaran matematika. kecakapan social yang
diperoleh siswa dapat membantu dalam mengadakan hubungan social antara siswa
terhadap tugas yang diberikan kepada siswa, kecakapan vocasional yang diperoleh
penting bagi siswa dalam memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam
proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA
http://biosatudeumm.blogspot.com
Abdul Majid. Perencanaan
Pembelajaran,Bandung: Rosda, 2007.
Abu Ahmadi, Drs., dan Nur Uhbiyati, Drs., Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001.
http://google.com
Abu Ahmadi, Drs., dan Nur Uhbiyati, Drs., Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001.
http://google.com