DUA ALAM
Karya: Yusuf khaerul ikhwan
“Aku ingin kamu
selalu ada dekat aku sayang, Oh iya, Jika suatu saat nanti Tuhan memanggilku
duluan, kamu janji ya sayang jangan pernah lupain aku,..” ujar sarah pada
kekasihnya Alpin.
Kenangan
satu tahun silam itu masih saja melekat dalam ingatan alpin, telah berbagai
cara dia lakukan untuk melupakan kenangan-kenangan itu, namun apalah daya tak
bisa dihapus begitu saja dari memori otaknya.
Sarah adalah
sosok gadis yang begitu alpin cintai. Namun sayang kematian harus memisahkan
mereka berdua, apalagi peristiwa itu selalu hadir dan menghantui mimpi-mimpi di
setiap tidur alpin. Peristiwa yang
sangat teragis dimana tubuh sarah harus remuk terlindas sebuah mobil truk.
Entah siapa dalang dari persistiwa kematian sarah, hingga sekarang polisi yang
berusaha mencari sekelompok pemuda bermotor yang menyerempet sarah hingga
terlindas mobil truk belum juga terdeteksi keberadaannya. Mungkin mereka sudah
kabur begitu jauh.
Setahun
berlalu, hingga sekarang ini pembunuh itu belum juga ditemukan, Alpin hanya
bisa berpasrah dan menyerahkan segalanya pada Tuhan yang maha esa, dia sadar
bahwa ini semua adalah rencana-Nya. Takdir tak bisa ditebak, kematian bisa
datang kapan saja, dan dengan cara apa saja yang kita sendiri tidak akan pernah
mengetahuinya.
>>l<<
“sudah lah
nak alpin, jangan terus-terusan seperti ini. Ibu tahu kamu sayang sama sarah,
tapi mau gimana lagi, dia tak bisa kembali lagi bersama kita. Dia telah pergi
jauh dan berada di alam sana” jelas ibunya sarah mencoba untuk memotivasi
alpin, berharap alpin bisa bangkit dari keterpurukannya.
Ya, memang
masa depan alpin masih panjang, masih banyak hal-hal yang harus dia kerjakan
daripada hanya memikirkan dan mengingat tentang masa lalunya bersama sarah.
Apalagi sarah sudah mati tak mungkin bisa kembali lagi untuk hidup dan bersama
lagi dengan alpin.
Teman-teman
sekampus alpin terus memberikan motivasi pada alpin, namun apalah daya rupanya dia begitu menikmati
kenangan-kenangan itu meskipun menyakitkan bagi dirinya.
Mungkin
benar, kebanyakan orang tak bisa move on dari masa lalunya, karena mereka
terlalu menikmati masa lalu itu walaupun itu terasa sangat menyayat hati. Entah
sampai berapa lama alpin akan seperti ini, hanya waktu yang bisa menjawabnya.
>>l<<
Kini alpin
mulai berusaha untuk benar-benar bangkit dari keterpurukannya. Dia pun sudah
mulai bergaul lagi dengan teman-teman lamanya. Ada Reza, vino, sarah dan sinta
adalah sahabatnya yang selama ini selalu memberikan motivasi pada alpin.
Vino yang
perihatin meliht sahabat nya seperti itu, diapun mulai berusaha untuk
memperkenalkan beberapa gadis pada alpin dia berharap ada salah satu gadis yang
alpin suka. Dan akhirnya apa yang dia harapkan selama ini tercapai juga, alpin
mulai menyukai salah satu gadis, yang
bernama mira. Mira adalah mahasiswi semester 2 dari pakultas ekonomi.
Lambat laun
mereka berdua mulai akrab, terjalin komunikasi yang begitu sering diantara
mereka, dari pertemuannya setelah pulang kampus maupun via handphone membuat
mereka semakin akrab. Namun entah kenapa setiap mereka berdua bertemu, kaki
mira selalu terasa sakit secara mendadak, hal yang menurutnya aneh. Kejadian
ini tidak hanya terjadi sekali atau dua kali, tapi sering sekali terjadi setiap
kali dia bertemu dengan alpin.
Sempat dia
memerikasakan kakinya ke dokter, namun kata dokter tidak ada diagnosa yang mengatakan
adanya penyakit atau luka pada kakinya. Ini hanya ia rasakan ketika bertemu
alpin saja.
>>l<<
“Aku mohon
jauhi Alpin, jangan dekati dia lagi.. dia adalah milikku dan selamanya akan
tetap milikku” tetulis sebuah kalimat pada selembar kertas di atas meja belajar
Mira. Ketika itu angin berhembus dengan kencangnya hingga kordeng-kordeng
didalam kamar mira tersingkap semua. Tak lama setelah itu mira pun terbangun,
bagaikan mimpi namun itu nyata, dia merasakan hembusan angin itu.
Dia melihat
ada secarik kertas di meja belajarnya, lalu ia pun membacanya. Kertas itu
seolah memberikan isyarat kalau mira harus menjauhi alpin. Dia terdiam cukup
lama, merenungkan tentang apa yang telah terjadi pada dirinya. Pikirannya penuh
dengan beribu-ribu pertanyaan. Siapa yang menulis pesan di kertas ini? Apakah
tadi ada orang yang masuk ke dalam kamarnya? Dia melihat pintu kamarnya masih
terkunci, lalu ia mengecek jendela, itu pun masih terkunci tak ada yang terbuka
sama sekali, hanya kordeng-kordeng yang tampak kusut akibat terpaan angin.
Kini ia pun
tak bisa melanjutkan tidurnya, matanya sulit sekali untuk di pejamkan. Rasa
takut itu kini merasuk dalam dirinya. Jam di dinding kamarnya masih menunjukan
pukul 02:33, masih lama untuk memasuki waktu pagi. Dia mencoba untuk
menenangkan dirinya dan masih sesekali melihat tulisan di secarik kertas itu.
Terkadang ia mencoba memejamkan matanya, namun lagi dan lagi tetap tidak bisa.
Kembali dia mengambil kertas itu dan ketika ia hendak membacanya kembali,
anehnya tak ada tulisan yang tertulis pada kertas itu.
Kertas yang
tadi masih berisi tulisan kini tak ada setitik tinta pun yang tercoret dalam
kertas itu. Rasa takut mira pun mulai menjadi-jadi entah apa yang akan ia
lakukan selanjutnya, bagai mimpi namun ini nyata.
>>l<<
“hei
pagi-pagi gini udah ngelamun.. mikirin apa sih sob” ucap reza ke alpin yang
sedari tadi sedang melamun sendirian. Sontak alpin pun kaget dengan suara reza
yang sengaja membuatnya kaget.
Alpin pun
menceritakan keluh kesahnya itu pada reza, tentang mira yang setiap kali
bertemu denganya selalu merasa kesakitan pada kakinya. mereka berdua terdiam
cukup lama. dan akhirnya reza kembali membuka percakapan. Dia menceritakan apa
yang telah diceritakan mira tentang kejadian yang menimpa mira tadi malam.
Alpin yang
mendengarnya sedikit tidak percaya, namun lama kelamaan dia mulai berpikir
bahwa ini mungkin ada hubungannya dengan sarah. Apalagi setelah dia berjanji
sewaktu sarah masih hidup bahwa alpin akan selalu setia pada sarah. Mungkin
sarah tidak rela jika alpin bersama gadis lain.
“hmmm,
mungkin kedengerannya cukup aneh sih, tapi mungkin ada benarnya juga sob,
apalagi kemarin sinta pernah carita sama gue kalau dua hari yang lalu dia
pernah bertemu sarah di depan rumahnya, tapi ketika sinta hendak menyapa sarah,
tiba-tiba sarah menghilang begitu aja, dan menghilangnya jelas sekali di
hadapan sinta” jelas reza mencoba untuk mengungkapkan kejadian-kejadian aneh
itu. Dia baru bisa menceritakan kejadian itu pada alpin sekarang karena reza
takut alpin akan kembali terpuruk seperti hari-hari sebelumnya.
Alpin hanya
terdiam tak berucap apa-apa, dia mencoba untuk memecahkan masalah ini, mencari
tau apa yang sebenarnya terjadi. Apakah mungkin mira kembali lagi? apakah
selama ini mira selalu mengikutinya?. Dia mulai mencari jawaban atas segala
rasa penasarannya itu. Seandainya mira ada, kenapa dia tidak menampakan
dirinya, atau memberi tanda bahwa dia ada disini dan selalu mengikuti alpin?.
>>l<<
Malam itu
hujan begitu derasnya, kilatan-kilatan petir terus menyambar dengan dahsyatnya,
alpin hanya duduk terdiam dikamarnya sambil menunggu hujan reda, rencana malam
ini dia akan main ke rumah mira, karena sudah hampir dua hari dia tak mendapat
kabar dari mira. Bahkan sms dari alpin
tak pernah dibalasnya satu pun.
Hingga jam
menunjukan pukul 10 malam hujan tak kunjung reda. Tiba-tiba ada suara-suara
aneh di luar kamarnya. Dengan tubuh yang merinding, alpin mencoba memberanikan
diri untuk mencari tau sumber suara itu berasal. Ketika dia hendak membuka
kordeng jendela kamarnya, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya dari
belakang.
Dengan raut
wajah yang ketakutan dia mencoba menengok ke belakangnya, dan sontak dia begitu
terkejut dengan apa yang tengah di lihatnya. Itu adalah sarah, sungguh dia tak
mempercainya, seolah bagaikan mimpi. Dia terus melangkahkan kakinya
perlahan-lahan mundur ke belakang. Dia tak berani untuk mendekati sarah. Karena
bagaimanapun juga sarah bukanlah manusia lagi.
“jangan
takut sayang, aku datang kesini hanya untuk mengingatkanmu tentang janjimu
padaku, bahwa kau takkan pernah berpaling dariku dan akan terus mencintaiku
selamanya” kata sarah, sambil terus melangkah maju mendekati alpin.
“iya..
sa..sampai sekarang a..aku memang masih mencintaimu, tapi se..sekarang dunia
kita berbeda, aku pun masih muda dan masa depanku masih panjang” jawab alpin
tergagap-gagap ketakutan.
“bukankah
kau pernah berjanji bahwa kau akan tetap menjadi milikku untuk selamanya?”
“i..iyaaa
tapi…”
“sudah lah
tak perlu kau jelaskan lagi, aku tau apa yang kau maksud. Kita telah dipisahkan
oleh dua alam yang berbeda. Dan aku hanya minta satu hal dari kamu. Dengan siapapun
kau akan menikah nanti,.. tolong jangan pernah kau lupakan keluargaku.. kedua
orang tuaku,.. sayangilah mereka seperti halnya aku menyayangi mereka”.
“iya itu pasti sayang… aku akan selalu menjaga keluargamu dan aku
juga akan selalu berusaha untuk menangkap orang-orang yang telah membunuhmu”
“tidak perlu.. kau tak perlu mencari orang yang telah membunuhku…
karena orang yang telah membunuhku adalah salah seorang dari keluargaku
sendiri… suatu hari nanti kau akan tau sendiri” jelas sarah. Lalu kemudian
menghilang begitu saja.
Lagi-lagi bagaikan sebuah mimpi, namun sebuah pertanyaan yang
masih belum bisa alpin pecahkan, yaitu tentang siapa orang yang telah
menjadikan kekasihnya itu meninggal. Dan ia hanya bisa menunggu waktu, karena
hanya waktulah yang akan menjawabnya.