Bagaimana pun baiknya kita berlaku baik, memang akan ada orang yang merasa bahwa kita tidak cukup baik baginya

Senin, 26 Agustus 2013

Cerpen - Jalan Cinta

Jalan Cinta

Karya: Yusuf Khaerul Ikhwan

“Umi itu ingin kamu segera menikah na, kamu kan tau umi ini sudah sering sakit-sakitan.. umi ingin sepeninggalannya umi nanti kamu sudah ada yang menjaga dan membimbingmu.” Kata ibunya.

Kata-kata itulah yang selalu terngiang-ngiang ditelinga Nina, uminya menginginkan dirinya untuk segera menikah, memang di usianya yang sudah menginjak 24 tahun itu sudah saatnya dia untuk menyempurnakan separuh agamanya itu, apalagi dia itu adalah anak satu-satunya. Ayahnya telah meninggal dua tahun yang lalu karena kecelakaan jatuh dari tangga ketika bekerja sebagai seorang tukang kuli bangunan. Dan ibunya kini sering sakit-sakitan, uminya khawatir jika Allah memanggilnya nanti siapa yang akan menjaga putri semata wayangnya itu.

Gadis bermata jeli itu selalu menangis disetiap selesai melaksanakan shalat tahajud. Permintaan uminya terlalu memojokannya disaat dia sedang fokus pada kuliahnya yang tinggal 2 tahun lagi tapi ibunya memintanya untuk segera menikah. Rencananya ia akan menikah setelah menyelesaikan kuliahnya. Tapi permintaan ibunya itu bukan main-main, bagaimanapun ia harus taat pada ibunya. Ditambah lagi ibunya sering sakit-sakitan.

Di kampus Nina menceritakan apa yang kini tengah di alaminya pada sahabat karibnya. Ririn mendengarkan keluh kesah Nina dengan penuh haru, ia ingin sekali membantu sahabat karibnya itu namun ia juga bingung harus bagaimana. Ia sesekali mengusap air mata yang keluar dari matanya Nina, ia merasa begitu kasihan sampai-sampai Ririn pun terbawa ikut menangis.

hmmm aku mau tanya, kalau misalkan ada Ikhwan yang datang mengkhitbahmu gimana Na, apakah kamu mau” tanya Ririn mencoba untuk memberikan saran.
“aku masih bingung Rin, aku gak tau aku harus gimana” ucap Nina yang masih belum bisa memutuskan permasalahannya.
“ya kalau menurut aku seandainya ada Ikhwan yang mengajak untuk serius sama kamu, aku rasa gak ada salahnya untuk kamu menerimanya, memang nikah itu tak semudah yang kita bayangkan.. namun apa salahnya jika kau menuruti Umimu itu, mungkin Allah punya rencana lain dibalik semua ini” jelas Ririm mencoba untuk meyakinkan Nina.
“ya makasih atas sarannya Rin, tapi masalahnya  jika aku sudah menikah nanti pasti aku akan repot dan sibuk mengurusi rumah tangga, otomatis kuliah aku pun akan terbengkalai. Tapi ya sudahlah aku akan coba shalat istikharah dulu”
“nah itu lebih bagus... minta sama Allah semoga Allah menunjukan jalan yang terbaik untukmu Na, di jalan cinta-Nya”

***

Setelah selesai shalat Nina pun bergegas untuk tidur ia berharap semoga Allah memberikan petunjuk jalan keluar atas permasalahannya dalam mimpinya. Kebimbangannya selama ini adalah untuk memilih yang terbaik apakah melanjutkan kuliahnya atau menikah. Karena jika sudah menikah sambil kuliah pastinya repot apalagi jika sudah mempunyai anak. Belum sempat ia memejamkan matanya tiba-tiba terdengar bunyi sms masuk di handphone nya. Dia penasaran “siapa yang sms malam-malam gini gak biasanya”, lirihnya dalam hati. Setelah diambilnya handphone dari meja belajarnya ternyata sms itu dari Khaerul orang yang dia kenal ketika sedang mencari kitab Al-Aqidah Ath-Thahawiyah nya Abu Ja’far At-Thahawi di sebuah toko buku disamping kampus kebetulan kitab itu hanya tinggal satu dan Khaerul lebih dulu mendapatkannya. Namun dengan senang hati ia menawarkan untuk meminjamkannya pada Nina, karena Nina juga sama-sama sedang membutuhkan kitab itu.

Assalamu’alaikum... afwan ukhty jika sms ana mengganggu istirahat ukhty, ana hanya ingin mengatakan sesuatu, setelah ana mengenal ukhty dari perkenalan kita, maupun dari teman-teman yang kenal dekat dengan ukhty, ana yakin ukhty adalah akhwat yang shalihah. Maka dari itu ana ingin mengajak ukhty untuk menyempurnakan separuh agama ana bersama ukhty, apakah ukhty bersedia?, ana tunggu jawabannya... syukron”.

Seketika wajah Nina memerah setelah membaca sms dari Ikhwan yang dikenal sangat pendiam itu, ia tidak percaya apa yang telah dikatakan oleh Khaerul lewat sms nya itu. Namun ia percaya bahwa ini mungkin petunjuk dari Allah atas istikharahnya. Dengan penuh keyakinan dan mengucap basmallah ia balas sms dari Ikhwan tersebut untuk memberitahu bahwa ia bersedia.


***

Pagi harinya, lagi-lagi uminya menanyakan hal yang sama pada dirinya, namun kali ini ia punya jawaban, yang pasti akan menyenangkan hati uminya. Dia menceritakan tentang Khaerul yang menyatakan cintanya pada Nina yang kini mereka berdua tengah menjalani taaruf.

“umi senang jika kamu sudah punya calon pendamping, lantas kapan si Tarul akan datang melamarmu Na?” tanya uminya.
“Khaerul umi bukan Tarul” Perotes Nina.
“iya khaerul, lha wong Cuma beda dikit aja ko”
“iya deh terserah Umi aja... dia bilang sebulan lagi Umi setelah dia selesai mengajukan proposal untuk skripsinya”.
“oh ya udah asalkan jangan lama-lama aja, siapapun orangnya semoga dia bisa menjadi pemimpin yang baik dan mampu membimbingmu Na”
“iya umi, aamiin insya Allah...”

Setelah uminya tahu bahwa ia sudah punya calon pendamping, uminya sedikit lega, ia tidak begitu khawatir jika kelak Allah memanggilnya. Begitupun dengan Nina, ia sudah bisa bernafas lega sekarang, karena sudah menuruti kemauan uminya itu, tinggal sekarang semua keputusannya sepenuhnya ada pada Khaerul. Ia percaya bahwa Khaerul adalah ikhwan yang baik, shaleh dan bertanggung jawab. Yang paling membuat Nina bahagia adalah setelah menikah nanti Khaerul mengizinkannya untuk melanjutkan kuliahnya itu. Ternyata  Inilah jalan cinta Allah untuknya.



Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar