Hati dan Otak (Persepsi
tentang Tuhan)
CATATAN
SEORANG IKHWAN
Tulisan
ke-012
Oleh:
Yusuf Khaerul Ikhwan
Belajar agama jika hanya
mengandalkan otak maka yang ada hanya akan berakibat fatal bagi pemiliknya. Hati
yang telah terkunci dari nasihat-nasihat maupun pengetahuan tentang agama maka
cukuplah pengetahuan itu hanya akan ada dalam otak saja dan lama-kelamaan akan
membusuk didalamnya.
Fenomena tentang “Tuhan
Membusuk”, itu bukan berarti Tuhan yang membusuk melainkan orang-orang yang
berpengatahuan itulah yang membusuk. Ilmu-ilmu mereka hanya sebatas di
kerongkongan saja, namun tidak sampai ke hati-hati mereka. Hati dan otak
keduanya mempunyai hubungan yang relevan. Apabila ilmu hanya dicerna di otak
saja namun tidak sampai ke hati, maka ini akan merusak cara berfikir si
pemiliknya.
Banyak yang belajar atau
diajarkan agama sejak kecil, namun itu semua akan percuma saja apabila hati
pemiliknya tetap condong pada kebebasan. Ilmu yang dia terima tidak sampai
kepada hatinya dan pada akhirnya keilmuan tentang agama tersebut akan membusuk
di otaknya dan akan merubah cara berfikirnya. Bukannya ke arah yang lebih baik
namun malah sebaliknya. Dan jadilah yang ia anut adalah sebuah paham liberal.
Seperti halnya pada
Nietze, dia menganggap Tuhan telah mati seiring dengan kemajuan teknologi yang
semakin pesat. Inilah sebuah stigma yang salah, Tuhan masih ada sampai saat ini
namun pengetahuan tentang Tuhan hanya sebatas sampai di otaknya saja. Segala pengetahuan
yang ia miliki tidak sampai kehati namun malah membusuk di dalam otak. Inilah
yang menjadikan Tuhan (pengetahuan tentang Tuhan) mati.
______________