Bagaimana pun baiknya kita berlaku baik, memang akan ada orang yang merasa bahwa kita tidak cukup baik baginya

Minggu, 14 September 2014

Hati dan Otak (Persepsi tentang Tuhan)

Hati dan Otak (Persepsi tentang Tuhan)

CATATAN SEORANG  IKHWAN
Tulisan ke-012
Oleh: Yusuf Khaerul Ikhwan

Belajar agama jika hanya mengandalkan otak maka yang ada hanya akan berakibat fatal bagi pemiliknya. Hati yang telah terkunci dari nasihat-nasihat maupun pengetahuan tentang agama maka cukuplah pengetahuan itu hanya akan ada dalam otak saja dan lama-kelamaan akan membusuk didalamnya.

Fenomena tentang “Tuhan Membusuk”, itu bukan berarti Tuhan yang membusuk melainkan orang-orang yang berpengatahuan itulah yang membusuk. Ilmu-ilmu mereka hanya sebatas di kerongkongan saja, namun tidak sampai ke hati-hati mereka. Hati dan otak keduanya mempunyai hubungan yang relevan. Apabila ilmu hanya dicerna di otak saja namun tidak sampai ke hati, maka ini akan merusak cara berfikir si pemiliknya.

Banyak yang belajar atau diajarkan agama sejak kecil, namun itu semua akan percuma saja apabila hati pemiliknya tetap condong pada kebebasan. Ilmu yang dia terima tidak sampai kepada hatinya dan pada akhirnya keilmuan tentang agama tersebut akan membusuk di otaknya dan akan merubah cara berfikirnya. Bukannya ke arah yang lebih baik namun malah sebaliknya. Dan jadilah yang ia anut adalah sebuah paham liberal.


Seperti halnya pada Nietze, dia menganggap Tuhan telah mati seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat. Inilah sebuah stigma yang salah, Tuhan masih ada sampai saat ini namun pengetahuan tentang Tuhan hanya sebatas sampai di otaknya saja. Segala pengetahuan yang ia miliki tidak sampai kehati namun malah membusuk di dalam otak. Inilah yang menjadikan Tuhan (pengetahuan tentang Tuhan) mati.


______________
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar